Malam itu ketika Rabu ingin berganti dengan Kamis, saya dan teman saya yang berasal dari tanah sebrang mulai membuka pembicaraan ketika dua gelas kopi hitam dan di temani dengan sebungkus rokok filter serta sebungkus rokok malboro sudah siap menemani saya dan teman saya untuk membahas apa saja yang perlu di bahas tengah malam ini.
Dimulai dari kedatangan teman saya yang berasal dari daerah yg masih di anggap Satu padahal Dua yaitu Kepulauan Riau. Mengapa begitu? Karena sering sekali orang-orang Indonesia menganggap bahwa Kepulauan Riau adalah Riau. Sedikit ingin memberi pencerahan dalam tulisan ini bahwasanya Kepulauan Riau bukanlah Riau karena kita berbeda daratan dan terpisah oleh lautan. Kepulauan Riau ibukota nya adalah Tanjung Pinang, sedangkan Riau Ibukota nya adalah Pekan Baru jelas sekali itu berbeda.
Sedikit saja tentang teman saya, bisa di bilang dia adalah calon perantau dan saya perantau senior, mengapa begitu? karena saya sudah lebih dulu sampai di ibukota negara kita ini sebelum dia. Dari topik diatas tentu pembaca sudah tau bahwa saya dan teman saya sedang berada di ibukota negara kita yaitu Jakarta. Berbicara tentang Jakarta teman saya yang baru seminggu berada di Jakarta beranggapan bahwa dia belum sama sekali merasakan aroma Jakarta di karenakan selama enam hari di Jakarta dia hanya duduk diam di kosan seniornya dan ketika berjalan di Jakarta dia hanya menggunakan angkutan umum contohnya: Kereta, Taxi Busway dll.
Ketika hari ini tepatnya Rabu 19 September 2018 ketika H-1 sebelum teman saya meninggalkan Jakarta. Saya meluangkan waktu untuk menemankan teman saya untuk mengelilingi Jakarta, teman saya merasakan hal yang berbeda dan sangat jauh dari ekspektasi yang ia kira-kira sebelum sampai di Jakarta.
Pada awalnya niat awal teman saya yang ingin mengambil sertifikasi di salah satu akademi yang berada di Tanggerang. Tetapi niat itu seketika hilang dan pupus. Di karenakan mendapat berita bahwa pendaftaran di akademi tersebut sudah memenuhi kuota pendaftar. Di sini timbul kekecewaan yang mendalam pada diri teman saya karena sudah mengorbankan waktu, tenaga dan juga materi. Saya sebagai teman juga merasa sedih dan kecewa ketika mendengar berita itu dan mencoba menghiburnya dengan mengajak mengelilingi Jakarta.
Sekarang timbul pertanyaan apakah yang teman saya lakukan sekarang sia-sia? Tidak sama sekali. Karena pada awalnya niat teman saya ini baik dan ingin mengubah dirinya menjadi lebih baik dan saya sangat yakin setiap langkah yang ia lakukan di Jakarta ini itu menjadi tabungan pahala untuk dirinya, karena dalam hadits Rasulullah Saw sudah sangat pasti menjelaskan "Barang siapa yang menuntut ilmu maka Allah akan mudah kan jalannya menuju ke surga".
Saya sangat tertarik dengan pembicaraan teman saya pada malam ini ketika ia berkata bahwa perjalanan nya selama di Jakarta tidak merupakan perjalanan yang sia-sia. Karena ia mendapat banyak pelajaran-pelajaran yang ia tidak dapatkan ketika ia hanya duduk diam dirumahnya dan setiap malam nya ia nongkrong bersama teman rumahnya.
Pesan penulis untuk kalian yang membaca, jangan pernah takut untuk mencoba, jangan pernah lelah untuk berusaha, dan jangan pernah lupa untuk berdoa.
Salam penulis
Syah18
Comments
Post a Comment